Kualalumpur, KompasOtomotif – Malaysia boleh saja
berbangga dengan industri otomotif nasionalnya – punya merek sendiri,
yaitu Proton (Perusahaan Otomobil Nasional) dan Perodua (Perusahaan
Otomobil Kedua) dan sepeda motor Modenas! Kenyataannya, secara industri,
kini justru menyebabkan negara itu kurang berkembang dan tidak terlalu
berperan di ASEAN.
Sebagain contoh, tahun lalu produksi mobil di negara itu hanya
601.407 unit. Bandingkan dengan Indonesia, 1.208.211 unit atau Thailand
yang lebih hebat lagi, 2.457.057 unit. Untuk produksi, di Malaysia
berkontribusi 13,5 pesen dari 4.439.474 unit. Bandingkan dengan Thailand
hampir 55,2 persen dan Indonesia 27,2 persen!
Mobil Hemat Energi
Melihat situasi politik
Thailand yang kurang stabil akhir-akhir ini, bulan lalu Malaysia
mengumumkan serangkaian insentif untuk menarik investor – khususnya
industri mobil. Targetnya, menjadikan Malaysia sebagai basis industri
kendaraan hemat energi atau energy efficient vehicle (EEV) di ASEAN. Untuk itu dibentuklah the National Automotive Policy (NAP) 2014.
Melihat gelagat ini, pengamat industri
otomotif Thailand memberi ulasan. Dijelaskan, dengan populasi hampir 30
juta (di semanjung saja 22,6 juta), Malaysia kurang begitu menarik bagi
produsen negara lain sebagai basis produksi. Alasan yang dikemukakan,
kebijakan industri otomotif negara tersebut dan jumlah penduduk.
Ditegaskan, Malaysia kalah menarik dibandingkan sesama anggota ASEAN
lain, yaitu Thailand dan Indonesia.
“Kami berharap, dengan NAP 2014 memungkinkan Malaysia menjadi pusat
produksi kendaraan hemat energi di ASEAN di masa yang akan datang,”
jelas Menteri Perdagangan Internasional dan industri, Mustapha Mohamed
saat memperkenalkan program tersebut yang dikutip berbagai media.
Ditambahkan, kebijakkan rencana jangka panjang ini bisa terwujud pada
2020. Saat itu, menurutnya, Malaysia bisa mengekspor 250.000 unit mobil
hemat energi, dengan nilai 32 juta dolar dari komponen yang diekspor dan
menciptakan 150.000 lapangan kerja.Sedangkan target produksi mobil
nantinya 1,25 juta unit, sekitar 250.000 unit diekspor.
Asia Focus
Mustapa mengatakan, tiga produsen
sedang membicarakan rencana investasi – mendirikan pabrik – dengan
pejabat resmi Malaysia tanpa menyebutkan nama perusahaan. Asia Focus, seperti yang diberitakan Thai Auto Book, ketika
menghubungi beberapa produsen mobil terkemuka di dunia dan menanyakan
pernyataan Malaysia tersebut, tak satu pun tertarik menaikkan kapasitas
produksi di negara terseubt.
Komentar yang muncul, pasar Malaysia
terlalu kecil untuk mendirikan pabrik baru plus dukungan industri
komponen yang masih kurang. Padahal, kedua aspek tersebut kunci utama
bagi produsen mobil memutuskan satu negara didjadikan sebaga basis
produksi.
Kyoici Tanada, PresidenToyota Asia-Pacific, dulunya Presiden Direktur
Toyota Thailand, hanya berkomentar, tidak mudah menjadikan Malaysia
sebagai pusat produksi kendaraan hemat energi!
“Thailand
masih lebih baik dengan pasar lebih besar. Tidak mudah menambah
produksi di Malaysia,” katanya. Di Malaysia, Toyota hanya bisa menjual
90.000 – 100.000 unit pada tahun lalu. Bandingkan dengan Thailand,
produksi 1,15 juta, penjualan 445.000 unit. Sedangkan di Indonesia, bisa
menjual 435.000 unit.
Dominasi Proton dan Perdua
Total penjualan
mobil di Malaysia tahun lalu hanya 655.739 unit, 51 persen dikuasai oleh
dua merek nasionalnya, yaitu Perodua (30 persen) dan Proton (21 persen,
turun dari tahun sebelumnya 23 pesen). Bandingkan dengan Thailand 1,33
juta dan Indonesia 1,23 juta unit.
Sampai sekarang hanya Mazda dan produsen lokal Perodua berencana
berinvestasi 2,25 juta ringgit untuk kendaraan hemat energi. Kebijakan
Malaysia hanya memberi kesempatan kepada produsen asing membuat mobil
hibrida dengan mesin bensin 1,8 liter.
Ditambahkan, jika program NAP sukses, harga mobil hemat energi di
negera itu bisa diturunkan 20–30 persen pada 2017. Malaysia menargetkan,
85 persen dari kendaraan yang dibuat di Malaysia pada 2020 adalah jenis
hemat energi.
Sementara Thailand yang tancap gas dengan industri otomotifnya, telah
membuat julukan, “Detroit of the East”. Hal tersebut bisa ditunjang
karena industri komponen otomotif Thailand melaju dengan cepat.
Sementara Indonesia menarik dengan populasi 240 juta.
Produsen mobil nasional Malaysia kinimulai mendapat saingan dari
merek yang terus menggerogoti pasar mereka. Contohnya, pangsa Proton di
negara itu tahun lalu turun 2 persen dari 2012. Produsen dan merek asing
yang berkibar di Malaysia, Toyota dengan penjualan 14 persen, Nissan
dan Honda 8 persen.
Ambisi Malaysia Menyaingi Industri Mobil Thailand dan Indonesia
In
//
//
Leave a Comment
0 komentar:
Posting Komentar